Sabtu, 26 Maret 2016

Pengalaman Unik

Baiklah teman-teman, saya berdiri disini akan bercerita tentang pengalaman di masa kecil saya. Cerita ini dimulai pada saat saya berumur 2 tahun. Tetapi, saya tidak ingat apa pengalaman saya. Sehingga saya tidak jadi cerita masa kecil saya. Oke, kalau begitu saya akan bercerita tentang sesudah masa kecil saya. Ketika saya sudah berumur 6 tahun, saya pertama kalinya masuk sekolah, yaitu TK. Tahun berikutnya, sekolah saya pindah ke SD. 6 tahun kemudian, saya pindah lagi, yaitu ke SMP.

Pada saat SMP kelas 9 lah saya memiliki pengalaman yang cukup bagus untuk di kenang, tepatnya pada tanggal 23 Nopember 2014. Kira-kira 1 bulan sebelumnya, saya mendapat info ada lomba 4 pelajaran yang diselenggarakan oleh SSC dan setiap peserta akan mendapat satu cup es krim. Seketika itu, saya sama sekali tidak tertarik untuk mengikutinya. Setelah hari demi hari dilewati, tanggal 22 Nopember 2014 pun tiba. Entah kenapa, saya tiba-tiba ingin sekali mengikuti lomba itu. Keesokan harinya, kira-kira 30 menit sebelum lomba dimulai, saya baru mendaftar untuk menjadi peserta dan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp6.000,00.

Karena di setiap ruang lomba sudah ada daftar nama peserta dan nama saya tidak ada, saya akhirnya memutuskan untuk santai saja dan masuk ruang. Ternyata, dari 20 peserta di ruangan yang saya tempati ini, hanya ada 2 laki-laki dan 18 lainnya perempuan. Saya pun duduk paling belakang. Ketika absen peserta di ruangan ini sudah dimulai sampai selesai, nama saya tidak terpanggil dan pengawas pun datang menghampiri saya dan bertanya kepada saya. Setelah selesai acara tanya jawab, soal pun dibagikan secara merata oleh pengawas dan semua peserta pun bergegas mengerjakannya.

2 jam kemudian, LJK dikumpulkan dan semua peserta keluar ruangan serta berhak mengambil 1 cup es krim dan menikmatinya sambil melihat hiburan yang ada. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya tiba saatnya pengumuman hasil lomba. Awalnya saya duduk bersama teman-teman di samping panggung. Saya pun iseng melihat hasil lomba yang di pegang oleh pembawa acara dari belakang dan saya melihat nama saya ada di kertas itu. Saya kembali berjalan menuju tempat semula untuk duduk bersama teman-teman dan saya berkata “Saya juara 1” dengan cara bicara yang sangat santai.

Setelah saya dipanggil untuk naik ke panggung dan menempati tempat yang telah disediakan, saya sangat bangga bisa menjadi juara 1 dari semua peserta yang ada. Kemudian saya dipersilahkan untuk turun panggung dan saya tidak segera menuju tembok pengumuman hasil lomba yang berisi daftar nilai dari semua peserta. Sebelum saya melihat di tembok pengumuman, saya mendapat ucapan selamat dari guru dan teman-teman yang kenal dengan saya. Setelah itu, saya menuju tembok pengumuman dan melihat nilai saya. Tanpa di duga, nilai salah satu pelajaran saya mendapat nilai sempurna, yaitu matematika.

Beberapa saat kemudian, saya pun pulang ke rumah saya sendiri dengan membawa piala, piagam penghargaan dan uang pembinaan. Hadiah lain yang diberikan SSC adalah voucher les gratis selama 1 tahun. Biasanya hadiah seperti itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara mengikuti les gratis tersebut. Tapi, saya waktu itu sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti les gratis itu. Sehingga voucher les gratis tersebut masih ada di rumah saya sampai saat ini.

Sejak saat itu saya cukup dikenal banyak teman di SMP ( hanya kenal ) dan saya pun tidak semua kenal dengan mereka. Saya juga dipercaya oleh pihak sekolah untuk mengikuti lomba di beberapa SMA di kabupaten Ponorogo. Yang pertama, di SMAN 3 Ponorogo yang dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2015. Disana saya mengikuti lomba matematika bersama 2 orang adik kelas yang masih kelas 8. Kami bertiga masuk ruang lomba dan berjuang untuk menjawab soal dengan benar.

2 jam kemudian, semua peserta keluar dari ruang lomba dan menuju aula untuk menikmati promosi sekolah. Setelah beberapa jam, pengumuman juara pun tiba. Akhirnya saya mendapat juara 2 dari ratusan peserta lain dari berbagai penjuru Kabupaten Ponorogo. Dan membawa pulang piala dan diberikan ke sekolah saya. Pengumuman selesai, saya dan teman-teman seperjuangan berkumpul untuk bersama-sama membahas soal yang telah kami kerjakan dengan guru pembina kami.

Ada salah satu nomor yang kami debatkan, yaitu nomor 35. 2 adik kelas saya kompak menjawab huruf A dan sependapat dengan guru pembina, tetapi saya menjawab huruf B. Mereka bertiga sangat yakin jawaban yang benar adalah A dan menyalahkan saya karena telah menjawab B. Padahal sudah saya kasih tahu bahwa jawaban yang benar adalah B, tetapi mereka tetap tidak setuju dengan jawaban saya. Padahal mereka salah. Akhirnya saya yang sendirian kalah debat dengan tiga orang yang salah.

Setelah saya lihat lagi soalnya, saya bisa memastikan dari 40 soal yang ada, 36 nomor benar, 2 nomor tidak saya jawab karena belum bisa, dan 2 nomor tidak ada jawaban, dan anehnya saya tetap menjawab soal yang tidak ada jawabannya. Uniknya, nomor yang tidak saya jawab adalah nomor 3 dan 33 di SMA 3, serba angka 3.

Yang kedua, di SMA Muhipo pada tanggal 7 Februari 2015. Disana menggunakan sistem 2 babak, yaitu babak penyisihan dan babak final. Pada saat itu pun saya satu-satunya peserta dari SMP 1 Balong yang kelas 9 dan yang lain masih kelas 8. Padahal, besoknya saya dan teman-teman kelas 9 akan mengikuti try out. Babak penyisihan saya mendapat nilai tertinggi dan akhirnya masuk babak final dan hanya diambil 3 orang  dengan nilai tertinggi. Teman rombongan saya banyak yang merasa sangat lapar karena menunggu saya yang sedang mengerjakan soal babak final. Kasihan ya mereka ??

Sialnya, saat semua peserta sedang asyik menikmati hidangan soal babak final yang ada dan hampir selesai, tiba-tiba listrik nya mati. Akhirnya, dengan terpaksa semua peserta mengulang lagi mengerjakan soal yang sama. Dan saya sendiri kebingungan melihat kertas coret-coretan karena sangat tidak jelas untuk dilihat untuk kedua kalinya. Saya pun merosot dan hanya mendapat juara 3.

Yang ketiga, di SMAN 1 Ponorogo pada tanggal 21 Februari 2015. Saya lomba disini mendapatkan pengalaman yang mungkin aneh bagi kalian. Saya adalah satu-satunya peserta dari SMPN 1 Balong yang mengikuti OG, padahal masing-masing sekolah lain mengirimkan pesertanya lebih dari satu, bahkan ada yang ratusan. Pada saat dimulai lomba babak pertama, saya datang terlambat dan yang lebih parahnya saya salah masuk ruang lomba. Betapa malunya saya. Tidak hanya terlambat di babak pertama saja, babak kedua pun kesalahan yang sama terulang lagi, yaitu terlambat. Padahal saya sudah menunggu di teras BK dan ruang lomba berada di sebelah timur UKS. Ceritanya belum selesai.

Beberapa tahun sebelumnya, saya juga memiliki pengalaman yang cukup berbahaya untuk dilakukan, yaitu terjun bebas. Terjun bebas itu saya lakukan saat saya masih berumur kurang lebih 3 tahun di ketinggian 150 cm. Terjun bebas yang dilakukan oleh ahli biasanya dilengkapi dengan alat pengaman yang sangat lengkap dan pendaratan yang baik. Beda dengan saya, terjun bebas yang saya lakukan ini tanpa alat pengaman sedikitpun dan mendarat pada tempat yang tidak biasanya, yaitu besi runcing dengan kepala mendarat lebih dahulu.

Ketika itu saya hanya bisa diam tak berbicara. Karena darah yang keluar dari dahi sudah menutupi seluruh wajah saya hingga bagian perut. Saya pun dibawa ke dokter untuk diobati luka pendaratan saya. Baju saya yang awalnya berwarna putih seketika berubah menjadi merah karena darah. Bekas pendaratan yang pernah saya lakukan waktu itu sampai sekarang masih ada. Masih ada lagi.

Beberapa menit yang lalu, saya sebenarnya ingin menceritakan pengalaman saya yang lain yang lebih bagus lagi. Tapi, saya tidak memiliki cerita lagi untuk di ceritakan kepada teman-teman. Sehingga saya tidak jadi melanjutkan cerita yang lain.

Jadi, pesan yang bisa di ambil dari cerita tadi adalah :
      1.     “Jika anda ingin menjadi juara 1 dalam suatu perlombaan, mendaftarlah 30 menit sebelum lomba          dimulai”
      2.      “Jangan salah masuk ruang dan mengulang kesalahan yang sama”

      3.      “Jika ingin terjun bebas, jangan mendarat dengan kepala di bawah”.

Tugas Bahasa Inggris

Well my friends, I am standing here will tell you about the experience in my childhood. The story begins when I was 2 years old. But, I do not remember what my experience. So I can not be the story of my childhood. Okay, then I'll tell you about after my childhood. When I was 6 years old, I first entered the school, kindergarten. The following year, I moved to the elementary school. 6 years later, I moved again, the junior high school.

At the time I was 9 SMP had a pretty good experience for recalls, precisely on November 23, 2014. Approximately one month earlier, I got information that there are 4 lessons competitions organized by SSC and each participant will receive one cup of ice cream , Immediately, I was not interested to follow. After day after day passed, on November 22, 2014 arrived. Somehow, I suddenly wanted to follow the race. The next day, approximately 30 minutes before the race started, I just signed up to participate and pay a registration fee of Rp6.000,00.

Because in every space race already a list of participants' names and my name was not there, I finally decided to relax and get in the room. Apparently, the 20 participants in the room that I occupy this, there are only 2 men and 18 women. I also sit at the rear. When absent participant in this room has already begun through to completion, my name was not called, and the supervisors came up to me and ask me. Once completed question and answer session, the matter was shared equally by the supervisor and all participants were rushing to do it.

2 hours later, LJK collected and all the participants out of the room as well as the right to make one cup of ice cream and enjoy it while looking at existing entertainment. After waiting several hours, finally the time came the announcement of results. Initially I was sitting with friends on the side of the stage. I was idly see the results of the race on hold by the emcee of the back and I saw my name in the paper. I walked toward the same place to sit with friends and I said, "I am the champion 1" by talking very relaxed.

After I was called to go onstage and occupy the space provided, I am very proud to be the first champion of all existing participants. Then I was invited to get off the stage and I did not immediately go to the wall of the announcement of results that lists the value of all the participants. Before I look at the wall of the announcement, I received congratulations from teachers and friends who know me. After that, I headed to the walls of the announcement and see my value. Without the suspect, the value of one of the lessons I got a perfect score, namely mathematics.

Moments later, I went home to my own home with a trophy, a plaque of appreciation and money coaching. Other prizes were given vouchers les SSC is free for 1 year. Usually such a gift would be best utilized by following the free tutoring. But, at that time I was not interested to participate in the free tutoring. So that free tutoring vouchers will be available at my house until today.

Since that time I was pretty well known to many friends in junior high school (only knew) and I was not all familiar with them. I also believed by the school to enter the race in several high schools in Ponorogo. The first, in SMAN 3 Ponorogo held on January 25, 2015. There I followed the race along with two younger siblings math class was a class 8. The three of us go in space race and struggled to answer questions correctly.

2 hours later, all participants of the race out of the room and into the hall to enjoy school promotion. After several hours, the announcement of winners arrived. Finally I got the 2nd place of hundreds of other participants from various parts of Ponorogo. And bring home the trophy and given to my school. The announcement is finished, my compatriots and friends gather together to discuss the matter that we've done with our builder teacher.

There is one number that we debated, namely the number 35. 2 juniors I answered the letters A compact and builder agree with the teacher, but I answered the letter B. The three of them are very sure the correct answers are A and blame me for having answered B. Whereas already I love to know that the correct answer is B, but they still do not agree with my answer. In fact, they are wrong. Finally I alone lost three debates with the wrong people.

After I look again because I can ascertain from the existing 40 questions, 36 correct numbers, two numbers I did not answer because it can not, and 2 numbers no answer, and strangely I still answer the questions that do not have the answers. Interestingly, a number that is my answer was number 3 and 33 in SMA 3, round number 3.

The second, in high school Muhipo on February 7, 2015. There, using a system of two rounds, the preliminary round and the final round. At that time I was the only participant of the junior 1 Balong that class 9 and the other was a class 8. In fact, the next day I and my friends grade 9 will follow the try out. Preliminary round I got the highest grade and eventually enter the final round and only taken three people with the highest value. My entourage friend many feel very hungry, waiting for me who is doing about the final round. Pity yes they ??

Unfortunately, when all the participants are eager to enjoy a dish that no matter the final round and nearly finished, the sudden death of its electricity. Finally, with all the participants are forced to repeat the same work on the problems. And myself puzzled to see the paper scribbles because it is not very clear to be seen for the second time. I slumped and only got 3rd place.

The third, in SMAN 1 Ponorogo on February 21, 2015. I race here to gain experience that may seem strange to you. I was the only participant from SMPN 1 Balong who follow OG, whereas each of the other schools sending participants more than one, in fact there are hundreds. By the time the race started the first round, I came late and the worse I got the wrong space race. How embarrassed I was. Not only late in the first half alone, the second half was the same mistakes happen again, that's too late. And I had to wait on the porch BK and the space race in the eastern infirmary. The story is not yet finished.

A few years earlier, I also have enough experience dangerous to do, namely freefall. Freefall that I did when I was aged less than 3 years at a height of 150 cm. Freefall conducted by experts usually equipped with a safety device that is very complete and good landing. The difference with me, freefall that I do this without the slightest safety devices and landed at a place not normally, ie iron spike with landing head first.

When I just could not speak quietly. Because blood from the forehead covered all my face up to the abdomen. I was taken to a doctor for injuries on my landing. My clothes were originally white in color immediately turned red with blood. Former landings I've ever done at that time still exists. There is more.

A few minutes ago, I actually wanted to tell my other experiences even better. But, I have no more stories to tell on friends. So I do not so continue another story.

So, the message can be taken from earlier story is:
1. "If you want to be the first champion in a race, sign up for 30 minutes before the race starts"
2. "Do not come to the wrong room and repeat the same mistakes"

3. "If you want a free fall, do not land on your head".

Rabu, 23 Maret 2016

SEKOLAH ANEH

          Di suatu pagi yang cerah, terlihat sekumpulan anak sekolah di dalam kelas. Nampak baju mereka serba transparan dengan rapi dan berdasi kupu hidup di hari Senin, tanda akan upacara bendera. Semua anak di kelas itu pun bergegas keluar kelas untuk segera turun tangga menuju lantai satu. Mereka berlarian dengan semangat hingga ada salah satu anak yang terjatuh dari lantai 4 di gedung berlantai 3 itu. Banyak anak lain yang tidak menghiraukan anak yang terjatuh itu dan terus berlari ke selatan dari areal gedung menuju lapangan upacara yang berada di sebelah barat gedung. 

          Gedung yang mereka tempati saat ini sangatlah megah dan mewah, jumlah kursinya ada 25. Fasilitas tiap kelasnya banyak dan beragam macamnya. Wifi gratis berkecepatan 20MB/s di tiap kelasnya, TV 30” di tiap bangku siswa, dan stop kontak di setiap kursi. AC di dalam kelas sekolahan ini berjumlah 3 buah dan 2 LCD serta 3 Komputer + seperangkat sound system melengkapi kemewahan di tiap kelasnya. Papan tulis yang bisa menulis dan menghapus sendiri menambah rasa nyaman belajar di sekolah ini.

          Sekolah ini memang hanya memiliki satu gedung yang berlantai 3 dengan 48 ruang kelas. Ruang guru pun berada di bawah gedung itu, tepatnya 20 meter di dalam tanah. Luas sekolah ini hanyalah kecil, tak lebih luas dari lapangan tenis. Tetapi semua warga sekolah ini sangat bangga bisa berada di sekolah ini tanpa harus membayar SPP, malah di bayar Rp1.500.000,00 tiap bulannya oleh pihak sekolah. Aturan ini telah dimulai dan dilaksanakan dari tahun 2012 sampai saat ini.

          Jumlah siswa seluruhnya tidaklah banyak, hanya ada 75 siswa putra dan 21 siswa putri, sehingga tiap kelasnya hanya dihuni oleh 2 orang saja. Semua siswa disini sangatlah tertib dan taat peraturan sekolah baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Setiap siswa di sekolah ini diwajibkan untuk tidak masuk selama 6 hari dalam seminggu. Dan dapat ditebak, semua siswanya akan merasa senang dengan aturan ini.

                                                                          By : Aditya Nur Khoiri

Soal matematika ini membuat orang melihat menjadi mual