Jumat, 26 Agustus 2016

Cerpen Lucu 2016

                                                                           NIAT
                                                                          (Aditya Nur Khoiri)

          Suatu pagi di tempat biasa mereka kumpul, dari kejauhan terlihat ada seorang kakek laki-laki tua sedang bersusah payah untuk menaikkan beberapa karung beras yang berat tiap karungnya 2 kg dari atas bak truk ke permukaan tanah tempat truk sedang berhenti. Tiga orang pemuda ini langsung merespon apa yang dilihatnya. Mereka segera beranjak dari tempat duduknya masing – masing. Salah satu dari mereka ngomong ke kedua teman lainnya dengan nada halus. Rio berkata, “Bray, lihat tuh kakek tua itu, kasihan banget ya!”. “Iya nih bray, mari kita bantu kakek itu.” sahut Toni, teman Rio yang gemuk.
          Dhanang pun terdiam dengan tenang setelah mendengar ucapan kedua temannya ini. Rio dan Toni secara serentak memandang wajah Dhanang dengan sangat tajam, setajam silet. Keduanya pun bingung dengan raut wajah Dhanang yang semakin diperhatikan semakin terdiam tak bersuara.
          Tak terasa mereka bertiga sudah berjalan sejauh 5 meter dari tempat duduknya tadi. Rio dengan semangat mengeluarkan uang sakunya yang tak lebih dari Rp10.000,00 yang niatnya akan diberikan kepada kakek itu untuk disedekahkan. Terlihat di tangan Rio terdapat 2 lembar uang dua ribuan dan 1 lembar lima ribuan. Awalnya, Rio ingin sekali membeli beberapa alat tulis untuk kelengkapan sekolahnya dengan uang tadi.
          “Niat yang baik akan dibalas dengan kebaikan juga” fikir Rio. Rio tahu bahwa dengan bersedekah akan mendapat pahala yang dapat digunakan untuk “tiket” masuk surga. Ada juga sedekah yang pahalanya terus mengalir selama sesuatu yang kita berikan itu masih dapat bermanfaat kepada orang lain, yaitu sedekah jariyah.
          Tak mau kalah dengan Rio, Toni pun ikut berniat untuk membantu sang kakek yang sudah tua tersebut. Toni mencoba menguras isi saku celananya sampai tak tersisa. Tapi apa daya, Toni tidak menemukan apapun di dalam saku celananya. Ternyata, Toni tidak memiliki saku di celana, karena dia sedang tidak memakai celana, melainkan training olahraga.
          Begitu dalam penyesalan Toni karena tidak dapat menemukan sesuatu di dalam saku celana yang mungkin bisa bermanfaat untuk kakek itu. Ia tak berputus asa. Toni mencoba membangkitkan semangatnya untuk menggeledah diri sendiri. Ia pun mencoba merogoh saku di dadanya sampai dasar jurang saku.
          Tak diduga, ekspresi Toni langsung sumringah merasa tangannya memegang suatu benda hangat yang lebar dan tipis di dalam sakunya. Benda itu memang sangat dibutuhkan Toni ketika sedang memegang handphone. Benda tersebut dapat digunakan untuk berkomunikasi sesama manusia baik suara maupun tulisan. Setahun yang lalu ibunya Toni membelikan benda itu di toko handphone dengan harga yang terbilang mahal.
          Setelah Toni merenung sambil memandang tangannya yang sedang memegang hadiah dari ibunya karena dapat juara 1 dari belakang, Toni memutuskan untuk melepaskan handphone dari tangannya menuju ke saku kembali. Ia tak mau kehilangan hadiah spesial yang diberikan oleh ibunya untuk dia yang mungkin jarang orang mendapat hadiah dengan prestasi yang didapatnya.
          Toni masih belum menyerah. Ia mencoba untuk memejamkan matanya guna memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk membantu kakek laki-laki tersebut. Setelah beberapa lama ia memejamkan matanya sambil jalan, kedua temannya dengan spontan berteriak “Toni....!!!”. Mereka berdua kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak, mereka melihat Toni hampir menabrak tiang listrik yang sudah lama tidak ada di tempat itu.
          Setelah mendengar teriakan kedua temannya itu, Toni langsung membuka matanya dengan sangat lebar, selebar daun kelor. Akhirnya Toni menemukan ide bagaimana cara untuk membantu si kakek tanpa ia harus memberikan hadiah dari ibunya. Berhubung daerah itu daerah yang padat rumah, Toni mendatangi rumah-rumah satu persatu secara bergantian.
          Rumah pertama didatanginya, ia mengetuk pintu sambil mengucap salam kepada penghuni rumah. Namun, setelah beberapa kali ia mengetuk pintu sambil salam, tidak ada suara apapun yang menjawabnya. Tak lama, Rio mendekat, “Rumah ini kosong, Ton” Ucap Rio. Toni mencoba mendatangi rumah yang lain yang berada tepat di sebelah rumah yang kosong tadi. Toni pun melakukan hal yang sama. Tetapi, tak ada jawaban juga dari dalam rumah itu. Akhirnya Dhanang juga ikut mendekat sambil berkata “Toni, rumah ini belum selesai di bangun. Jadi, mana mungkin ada penghuninya. Temboknya aja belum ada”.
          Setelah Toni memperhatikan keadaan sekitar, Toni baru sadar bahwa ia sedang berada di lingkungan perumahan yang belum dibuka untuk umum. Jadi ada rumah yang belum berpenghuni dan ada juga rumah yang belum selesai dibangun.
          Tiga serangkai ini akhirnya melanjutkan perjalanan menuju tempat si kakek berada. Rio dan Toni sudah memiliki niat yang bagus untuk kakek tua ini. Sementara Dhanang, dari tadi hanya terdiam membisu sambil mendengarkan niat kedua temannya ini. 1 km telah terlewati. Mereka bertiga berjalan beriringan dan bersamaan layaknya sedang mengikuti lomba baris-berbaris.
          Ternyata, dengan Dhanang berdiam diri seperti patung, ia secara tidak sengaja mendapat pencerahan dan titik terang di dalam otaknya, terus terang, terang terus. Dhanang mencoba untuk mengutarakan apa yang ada di pikirannya itu (kenapa harus utara sih?). Dhanang akhirnya berkata dengan mulutnya, “Ri, Ton, aku punya ide nih. Bagaimana kalau kita niat membantu kakek itu?” ucap Dhanang.
          “Lah, dari tadi kita sudah berniat untuk itu, Nang. Kamu aja yang sok berdiam untuk berfikir. Eh, ternyata kamu malah diamnya sambil tidur. Sambil jalan pula”. Jawab Rio dengan mulutnya sendiri. 
Akhirnya mereka bertiga sampai juga di tempat kakek tua itu berada. Mereka memandang kakek itu sambil berniat untuk membantu. Kakek itu pun bingung melihat ketiga remaja yang mendatanginya. Tak lama kemudian, Rio, Toni dan Dhanang meninggalkan kakek sendiri. Mereka puas karena sudah berniat untuk membantu kakek itu. Hanya NIAT.


                                                                               
TAMAT

Bedikulon, Bungkal, Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
24 Agustus 2016

HP : 085708156060
Facebook : https://www.facebook.com/aditya.khoiri
Terima kasih.